Semakin Mengalir Dukungan dari Berbagai Pihak, Sikapi Pelantikan Kontroversial Parengnge Ojo

Rahmat Batara : Bagi Kita Selaku Putra-Putri Basse Sangtempe Wajib Menjaga Kehormatan Adat

 

 

LUWU, Tabloid SAR – Setelah pihak Kedatuan Luwu melalui Maddika Bua dan Maddika Ponrang, menyatakan sikap untuk tidak mengakui pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo. Lantaran pelantikan tersebut sangat bersifat kontroversial, sebab dianggap sangat bertentangan dengan norma-norma tatanan adat yang telah berlaku secara turun-temurun.

Nampaknya semakin mengalir deras dukungan dari berbagai pihak, untuk menyatakan perlawanannya terhadap praktik-praktik pelecehan adat, terkait dengan pelantikan Parengnge Ojo yang sangat bersifat kontroversial tersebut.

Adapun dukungan tersebut, tidak hanya datang dari sejumlah Pemangku Adat Banua A’pak Tongkonan Anan Pulona, tapi juga mengalir dari Pemangku Adat dari daerah lainnya.

Bahkan tidak sedikit pula Putra Basse Sangtempe yang telah berdomisili pada sejumlah kota atau perantauan sangat mendukung sikap tegas pihak Kedatuan Luwu untuk  tidak mengakui pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo.

Sedangkan dukungan dari Pemangku Adat Banua A’pak Tongkonan Annan Pulona itu, salah satunya mengalir dari Pemangku Adat Balimbing Kalua Bolu melalui Juru Bicaranya, Agus Bobo.

Melalui handphone-nya, ia pun menyampaikan kepada media ini, Sabtu (27/11/2021), bahwa kami selaku Pemangku Adat Bolu tentunya sangat mendukung sikap tegas pihak Kedatuan Luwu yang sudah menolak pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo.

Agus Bobo lanjut menyampaikan, bahwa kasus pelecehan adat seperti ini sangat perlu kita lawan bersama, kalau perlu diberikan sanksi hukum adat, demi menjaga keluhuran dan marwah tatanan adat, khususnya di Basse Sangtempe.

Menurutnya, jadi sebaiknya dijatuhkan sanksi hukum adat terhadap kasus pelantikan kontroversial Parengnge Ojo yang sangat sangat melecahkan norma dan ketentuan adat tersebut.

Perlu dipahami, kata Agus Bobo, bahwa kedudukan Pemangku Adat seperti Parengnge, itu sama sekali tidak bisa dibeli dan dimanipulasi dengan menggunakan cara pendekatan dalam bentuk politik apapun.

“Sebab tata cara pengangkatan seorang Pemangku Adat, ada norma dan ketentuan adat yang harus senantiasa dihormati dan dijunjung tinggi, dan itu sudah berlaku sebagai tradisi budaya secara turun-temurun,” paparnya.

Lanjut ia mengemukkan, bagaimana pun kayanya seseorang atau setinggi apapun pangkat dan jabatan seseorang baik dalam pemerintahan maupun dalam dunia swasta, maka itu sama sekali tidak serta merta menjadi penentu untuk bisa menjadi pemangku adat.

“Jangan karena sudah merasa pengusaha yang punya kekayaan dan pangkat tinggi dalam suatu pemerintahan, lalu seenaknya pula mengganti pemangku adat dengan cara mengobok-ngobok keluhuran tatanan adat,” ucap Agus Bobo dengan nada berang.

Juru Bicara Pemangku Adat Balimbing Kalua Bolu inipun meminta pada segenap Pemangku Adat Banua A’pak Tongkonan Annan Pulona, agar kita bersama-sama melawan praktik-praktik pelecehan adat yang baru saja terjadi di Banua Sura’ Langi, demi tegaknnya keluhuran dan marwah tatanan adat Basse Sangtempe.

Ia pun lanjut menyampaikan, jika praktik-praktik pelecehan terhadap adat seperti ini tetap kita biarkan, maka nantinya akan terus berulang kasus seperti ini pada Parengnge lainnya.

“Jadi mari kita bersatu untuk mendukung sikap tegas pihak Kedatuan Luwu yang tidak mengakui pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo tersebut,” himbau Juru Bicara Pemangku Adat Balimbing Kalua Bolu pada segenap Pemangku Adat Basse Sangtempe tersebut.

Kata Agus Bobo lagi, bahwa kami dari Pemangku Adat Balimbing Kalua Bolu siap berhadapan dengan siapun, untuk membela Puang Turiang Katti sebagai Pemangku Adat pada Banua Sura’ Langi yang sah. Alasannya, bahwa Kaparengngesan Ojo ini pernah mengibarkan simbol kebesaran sejarah peradaban Basse Sangtempe pada zamannya.

“Siapa yang tidak mengenal Parengnge Pocci di Ojo pada zamannya sebagai hakim adat yang sangat memfenomenal dalam sejarah peradaban Adat Basse Sangtempe. Masa kita harus membiarkan salah satu simbol kebesaran peradaban adat kita ini, sampai diobok-obok oleh pihak-pihak yang nyata-nyata sudah sangat melecehkan keluhuran dan marwah tatanan adat kita ini,” tandasnya.

Hal itulah, sambungnya, sehingga saya sangat mengharapkan pula pada Dewan Adat Luwu agar dapat menjatuhkan sanksi hukum adat, terkait kasus pelantikan Parengnge Ojo yang sudah sangat bersifat kontroversial tersebut.

Hal senada juga dikemukakan oleh sederet To Parengnge baik di wilayah Sembang Kada Kanna maupun pada wilayah Ariri Bassi Maindo dan Issong Kalua Pantilang. Bahkan terdapat pula sejumlah Pemangku Adat dari Tallu Lembangna-Toraja justru bersikap yang sama pula dengan Pemangku Adat Balimbing Kalua Bolu tersebut.

Mereka pun sangat sepakat dilakukan acara Ma’kombongan Ade’ untuk menyikapi kasus pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo yang sudah sangat bersifat kontroversial tersebut, agar dikenakan sanksi hukum adat demi tegaknya keluhuran dan marwah tatanan adat Basse Sangtempe tersebut.

Selain itu, maka tidak sedikit pula Putra Bastem yang telah berdomisili pada sejumlah kota atau perantauan, sangat mendukung sikap tegas pihak Kedatuan Luwu yang tidak mengakui pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo tersebut, salah satunya adalah Rahmat Batara,

Salah satu cucu Nenek Bemba ini, melalui hubungan handphone, mengaku telah membaca berita mengenai pelantikan kontroversial Parengnge Ojo pada link salah satu media online yang diposting pada group WA Kerukunan Keluarga Basse Sangtempe (KKBS).

Tokoh Pemuda Bastem yang berdomisil di Kota Makassar ini, menyampaikan apresiasinya atas sikap tegas yang telah diambil pihak Kedatuan Luwu baik melalui Maddika Bua maupun melalui Maddika Ponrang, untuk menolak pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo tersebut.

“Ya, keluhuran dan marwah tatanan adat Basse Sangtempe harus ditegakkan agar tidak selalu diobok-obok oleh pihak-pihak tertentu yang berambisi menjadi Parengnge, dengan cara-cara melecehkan tatanan adat yang sudah berlaku secara turun-temurun,” tuturnya.

Ia pun juga sangat sepakat agar dikenakan sanksi hukum adat terhadap pihak yang telah melakukan acara pelantikan Parengnge Ojo tanpa melalui prosesi tatanan adat yang sudah berlaku secara turun-temurun.

Rahmat lebih lanjut mengemukakan, maka sudah semestinya dikenakan sanksi hukum adat, supaya tidak menjadi preseden buruk nantinya pada Parengnge lainnya di kampung). “Jadi bagi kita selaku putra-putri Basse Sangtempe, maka wajib menjaga kehormatan adat dan marwah Pemangku Adat sebagai simbol nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur kita,” tukasnya.

Sembari dirinya tidak lupa menghimbau pada segenap rumpun keluarga Basse Sangtempe di manapun berada, supaya bersama-sama melawan praktik-praktik pelecahan terhadap adat tersebut.

“Intinya disini bahwa praktik-praktik pelecahan terhadap adat seperti ini, harus kita lawan bersama demi keluhuran dan marwah tatanan adat kita di Basse Sangtempe,” pungkasnya. (Redaksi)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *