Tabloid SAR – Menyimak kembali sorotan publik melalui pemberitaan media ini, terkait dengan topik berita : Kegiatan “PT Masmindo” Mulai Jadi Sumber Ancaman Bencana Tanah Longsor, Masyarakat Adat Juga Mulai Blokir Akses Jalan Perusahaan Tambang, sebagaimana yang dirilis pada 01 Mei 2024 tersebut.
Apakah materi judul pemberitaan tersebut hanya faktor kebetulan. Namun pada kenyataannya, pada dini hari Jumat sekira pukul 01.17 Wita, 03 Mei 2024, kita tiba-tiba dihentakkan dengan adanya kabar tragedi bahwa terjadi peristiwa bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal tersebut, dikabarkan oleh para netizen melalui berbagai platform sosial media. Bahkan tidak sedikit pula yang langsung menuding kegiatan pertambangan PT Masmindo itulah yang sangat diduga kuat sebagai faktor penyebabnya.
Pasalnya, sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang begitu dahsyat mengirim tragedi banjir bandang ini adalah berhulu pada wilayah kontrak karya salah satu anak perusahaan INDY GROUP (PT Indika Energy Tbk), sebagaimana yang berlokasi di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu tersebut.
Hal tersebut dibenarkan oleh Pegawai Instansi Kehutanan pada Kantor UPTD KPH Latimojong, bahwa sungai-sungai yang mengalami banjir bandang ini semuanya berhulu di wilayah kontrak karya PT Masmindo di Kecamatan Latimojong.
“Jadi akibat kemarin malam itu turun hujan deras yang cukup lama dan juga sangat berintensitas tinggi, menjadi penyebab terjadinya peristiwa banjir bandang. Sampai juga mengakibatkan terjadi tanah longsor di sejumlah titik, serta meruntuhkan dua unit jembatan di Kecamatan Latimojong,” tuturnya, Sabtu (04/05-2024).
Karena kami ini hanya pegawai rendahan di instansi kehutanan, jadi tolong jangan disebut identitas kami dalam berita. “Namun yang paling parah mengirim banjir bandang tersebut adalah Sungai Suso dan hulunya pada wilayah kontrak karya PT Masmindo,” ucapnya.
Untuk sementara ini, korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor sejumah 14 orang. Hal tersebut dikemukakan oleh Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu, Amairuddin.
Dia pun lanjut merinci bahwa dari 14 orang yang tewas tersebut, 6 orang merupakan korban banjir bandang dan 8 orang korban tanah longsor.
Menurutnya, ada penemuan korban banjir bandang 4 orang di Desa Poringan, dan 2 orang di Desa Kaili, Kecamatan Suli Barat. Kemudian korban longsor yang sebelumnya 7 orang bertambah lagi 1 orang.
“Kendati demikian kami dari BPBD dan TIM SAR Gabungan beserta sukarelawan masih terus menyisir atas kemungkinannya masih ada korban jiwa lainnya,” tambahnya.
Amairuddin menyebutkan, adapun taksiran kerugian sementara akibat terjadinya peristiwa bencana alam ini kurang lebih sebesar Rp 4.988.110.0000. Meliputi berbagai bentuk kerusakan, seperti bangunan pemerintah dan infrastruktur jembatan menjadi ambruk diterjang banjir bandang.
“Termasuk jalan menjadi runtuh atau tertimbun tanah longsor. Sejumlah ratusan rumah warga yang hanyut atau rusak. Bahkan melululantakkan lahan usaha pertanian, perkebunan dan peternakan masyarakat,” kata dia.
Lanjut ia mengemukakan, kasus bencana alam ini melanda 15 wilayah kecamatan, 12 kecamatan dilanda banjir bandang dan 3 kecamatan dilandah tanah longsor.
Namun wilayah Kecamatan Latimojong, sambungnya, sama sekali sudah tidak bisa lagi diakses kendaraan, sebab jalan porosnya dilanda longsor pada sejumlah titik, beserta amruknya jembatan Kadundung dan jembatan Ulusalu akibat diterjang banjir bandang.
Namun jelasnya, kita dengan segala kemampuan dan dukungan sumber daya yang ada, akan terus melakukan langkah penyelamatan korban, atau mencari korban jika ada informasi masih hilang. Sekaligus tetap bersikap kesiap-siagaan dengan penuh waspada atas kemungkinannya masih adanya bencana susulan.
“Sudah barang tentu Pemerintah telah mempersiapkan dapur umum dan penyaluran logistik, untuk mengatisipasi kasus kelaparan dan perawatan kesehatan atau segala bentuk kebutuhan yang diperlukan untuk membantu korban bencana alam ini,” terangnya.
Bahkan peristiwa banjir bandang dan tanah longsor ini, menurut sejumlah warga pada beberapa wilayah kecamatan yang terdampak, merupakan bencana alam yang paling terparah selama ini.
Masyarakat menduga, penyebabnya akibat terjadinya kerusakan alam yang begitu masif pada kawasan hulu, terlebih lagi sudah dimulainya kegiatan pertambangan PT Masmindo di kawasan hulu tersebut.
Hal senada juga dikemukakan oleh Andi Baso Juli, salah satu pemerhati kebijakan publik yang cukup dikenal di Luwu tersebut. “Sepanjang umur hidup saya, baru kali ini saya menyaksikan peristiwa bencana alam paling terparah melanda di Luwu ini,” ungkapnya.
Bayangkan saja, kata dia, sampai wilayah Kecamatan Belopa, Belopa Utara dan Kamanre yang selama ini sepertinya tidak pernah kedengaran dilanda banjir. Namun untuk kali ini sudah pula dilanda banjir bandang yang cukup parah.
“Penyebabnya akibat sangat tidak terkendalinya luapan banjir bandang yang dikirim melalui aliran Sungai Suso yang berhulu di wilayah kontrak karya PT Masmindo tersebut,” ungkapnya.
Andi Baso menambahkan, perlunya memang mengedepankan penegakan hukum untuk menindak tegas kasus pengrusakan lingkungan, seperti ilegal loging, tambang-tambang ilegal dan pembalakan liar.
“Hal yang terpenting lagi disini, pertambangan emas PT Masmindo sangat perlu dikaji ulang. Sebab perusahaan ini selalu dituding sebagai faktor penyebab setiap kali terjadinya bencana banjir di daerah kami ini,” pungkas aktivis LSM yang juga berprofesi sebagai pengacara ini.
Untuk diketahui, sebelum terjadinya peristiwa banjir bandang dan tanah longsor yang begitu dahsyat ini, masyarakat adat di Kecamatan Latimojong beberapa hari terakhir, telah menggelar aksi pemblokiran akses jalan perusahaan tambang PT Masmindo tersebut.
Maka dengan putusnya akses jalan akibat runtuhnya jembabatan Kadundung dan juga sejumlah titik longsor melanda pada sepanjang jalan poros Bajo-Ranteballa. Sehingga kegiatan perusahaan pertambangan emas terbesar di Sulawesi Selatan ini, dengan sendirinya menjadi terblokade total oleh bencana alam yang begitu dahsyat melanda ini. (******)