Opunya Farhan : Hanya Kalangan Bermental Koruplah yang Bisa Membantah Kritikan Bang Foxchy tersebut
Tabloid SAR – Predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sembilan kali berturut-turut yang diperoleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) tersebut, nampaknya lagi menjadi sasaran kritikan yang sangat tajam dari Aktivis Pembela Arus Bawah, Rahmat K Foxchy.
Sehingga membuat kalangan tertentu di Luwu, sepertinya merasa sangat kebakaran jenggot. Pasalnya, kritikan yang dilontarkan aktivis LSM yang lebih kerap disapa Bang Foxchy ini, sebagaimana yang dirilis dalam bentuk artikel opini publik itu, mengemuka di tengah berlangsungnya tahapan penyelenggaraan Pilkada Serentak 2024 ini.
Jadi hanya kalangan tertentu saja yang menganggap kritikan dimaksud sangat tidak sportif, antara lain punggawa (off the record) tim sukses salah satu Pasangan Calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Luwu. Dengan alasan kritikan ini tidak punya data dan tidak komprehensif. Sebab kemiskinan dari sejak Andi Mudzakkar berakhir sebagai Bupati Luwu pelan-pelan menurun presentasinya. Hanya saja faktor fenomena Covid dua tahun menyebabkan kemiskinan mengalami stagnan.
Kendati demikian, namun justru tidak sedikit kalangan yang sangat mengapresiasi kritikan salah satu aktivis pemerhati publik itu. Bahkan terdapat pula beberapa petinggi Aparat Penegak Hukum (APH) sampai berpangkat bintang dua sekalipun, sangat tak terlepas memberikan apresiasi terhadap kritikan aktivis LSM ini. Terlebih lagi apresiasi banyak yang mengalir dari berbagai kalangan di Kabupaten Luwu tersebut.
Adapun kritikan yang dirilis media online ini pada 08 September 2024, yang dikemas dalam bentuk opini publik yang bertajuk : Disebut Sembilan Kali Berturut-Turut Peroleh WTP, Kabupaten Luwu Justru Lima Besar Termiskin di Sulsel, dengan sub topik : Perlunya Memilih Paslon Kepala Daerah yang Visioner Terhadap Kebijakan Pro Rakyat.
Sementara berbagai kalangan di Kabupaten Luwu yang sangat mengapresiasi kritikan aktivis LSM tersebut, Salah satunya adalah Andi Muttaqin Baso. Ia menyampaikan sangat membenarkan mengenai potret kemiskinan sama sekali tidak berubah dalam satu dekade rezim Pemkab Luwu memperoleh sederet predikat Wajar WTP selama ini.
Justru sangat ironis lagi, katanya, daerah yang dijuluki Bumi Sawerigading yang begitu subur wiayahnya ini, namun berada pada posisi lima besar termiskin di Sulsel, sebagaimana yang dirilis oleh pihak BPS tahun 2023 lalu.
Andi Muttaqin mengaku telah membaca artikel kritikan aktivis LSM ini di media online Tabloid SAR dan sangat luar biasa materi kajian analisa kasusnya, mantap sekali dan sangat mencerahkan wawasan publik, karena memang sudah begitu faktanya.
Lanjutnya, khususnya selama lima tahun terakhir rezim Pemkab Luwu, seolah dugaan praktik-praktik korupsi justru begitu tampak transparan, akibatnya daerah kita ini masih saja menjadi lima besar termiskin di Sulsel selama beberapa tahun terakhir ini.
“Jadi lima besar termiskin di Sulsel itulah yang selalu saja menempatkan posisi Luwu selama beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut, sangat jelas merupakan fakta konkret tak terbantahkan menurut dalil kebijakan publik sebagai bentuk indikasi masih sangat memfenomenanya kasus-kasus dugaan korupsi di daerah ini,” beber Andi Muttaqin yang lebih akrab disapa Opunya Farhan ini, Selasa (10/09-2024) melalui komuniasi handphone, mengaku lagi di Morowali, Sulawesi Tengah.
Menurutnya, hanya pihak-pihak kalangan bermental korup sajalah, kalau tidak mau disebut disebagai bagian dari pelaku korupsi yang dapat membatah atau sangat keberatan terhadap kritikan aktivis LSM tersebut.
Untung saja, kata Opunya Farhan, masih ada LSM Bang Foxchy yang peduli menyoroti kasus-kasus dugaan korupsi di Luwu ini. Sehingga hal tersebut, saya pun sangat berharap agar segera dapat direspons oleh pihak APH (Aparat Penegak Hukum) untuk mengusutnya lebih lanjut.
Terus terang saja, kata dia lagi, banyak kalangan birokrasi dan sejumlah tokoh tertentu di Luwu sangat tidak suka kepada Bang Foxchy itu. Tapi saya bilang, kalau kalian tidak suka sama Bang Foxchy lantaran selalu kritik isu-isu korupsi di daerah ini, berarti kalian juga adalah pelaku korupsi.
“Saya justru menyebut Bang Foxchy itu, hanya satu-satunya aktivis pejuang anti korupsi pahlawan rakyat Luwu yang sebenarnya,” ungkap salah satu putra Luwu asal Cilallang, Kamanre ini.
Opunya Farhan mengaku sangat kecewa terhadap kepemimpinan Luwu selama periode lima tahun terakhir ini. Saya sendiri sebagai keponakannya langsung Pak Bupati (mantan –red) sangat merasakan betapa pahitnya kuatnya dugaan sindikasi kartel proyek selama lima tahun ini,” tuturnya.
Padahal, lanjutnya, kita ini tim suksesnya lima tahun lalu, dengan harapan dapat memberikan angin segar kesejahteraan hidup. Sehingga kita sebagai tim pemenangannya tapi justru malah sangat serasa sebagai pihak yang kalah, akibat kuatnya dugaan sindikasi kartel proyek yang selalu mengangkangi kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah di daerah ini.
Terus terang saja, lanjut ia mengemukakan, saya sangat malu pada tim sukses kita pada lima tahun lalu yang saya rekrut itu, sama sekali tidak diperhatikan. Padahal diantara mereka juga memilik badan hukum yang sangat memenuhi syarat kualifikasi untuk bisa menangani kegiatan pengadaan barang dan jasa.
Dikemukakannya lebih lanjut, kalau saya kan tahu diri ji juga sebagai keponakan, tapi teman-teman yang sudah banyak berkorban waktu dan materi serta pikiran, untuk memenangkannya jadi pemimpin Luwu pada lima tahun lalu tersebut, sama sekali tidak dipeduli. “Bukan ji juga paket-paket proyek miliaran yang diharap kasian, tapi paling tidak sesuai porsilah,” ucapnya dengan nada lirih.
Tokoh Pemuda Luwu yang satu ini sangat setuju perlunya memilih Paslon Kepala Daerah yang bersifat visioner terhadap kebijakan pro rakyat. Cocok sekali itu nabilang Bang Foxchy, bahwa pergunakan kecerdasan kedaulatan hak suara, supaya tidak salah memilih kepala daerah yang sifatnya bermental korup.
Sebab Pilkada ini, kata dia mengutip ungkapan Bang Foxchy, kita bukan memilih ketua kerukunan keluarga, tapi yang akan kita pilih adalah pemimpin tampuk pemerintahan daerah. Sehinggga kita sudah seharusnya cerdas memilih Paslon yang bersifat visionar terhadap kebijakan pro rakyat, untuk masa periode lima tahun ke depan.
Hal itulah, membuat pengusaha muda yang lebih memilih hijrah untuk buka usaha di Morowali tersebut. Maka dengan secara gamlang pula dia menyampaikan, bahwa dirinya sama sekali tidak bermasud untuk bermanuver politik melalui suksesi Pilkada Serentak 2024 ini. Namun dirinya mengaku sudah sangat merasa kapok mendukung keluarga sendiri di Pilkada Luwu saat ini.
Opunya Farhan menyebutkan, bahwa di Pilkada Luwu itu memang ada tiga Paslon, tapi hanya dua Calon Bupati yang sangat wajib jadi pilihan hak suara oleh masyarakat Luwu. Kalau ingin perubahan yang lebih baik dan sejahterah, janganlah pertahankan kedinastian kekuasaan status quo di Luwu ini, jadi sebaiknya pilih diantara salah satu Calon Bupati yang sangat bisa dianggap bersifat visioner terhadap kebijakan pro rakyat tersebut.
Dirinya pun meminta Bang Foxchy agar juga mengawasi pelaksanaan Pilkada Luwu ini. Kita panggil dia agar kembali dari Jakarta, untuk khusus awasi keberpihakan politik para pejabat birokrat Pemda, Kepala Desa, Kepala Sekolah, aparat, KPU dan Bawaslu. Karena dia itu LSM yang sangat berani. Kalau ada pejabat birorat, Kepala Desa dan Kepala Sekolah, Bang Foxchy bisa laporkan kasus-kasus dugaan korupsinya.
Kata Opunya Farhan lebih lanjut, apalagi Bang Foxchy juga sangat berani laporkan oknum aparat TNI/Polri kepada Panglima dan Kapolri, kalau sampai ikut bermain politik praktis di Pilkada Luwu. “Saya sangat tahu kualitasnya Bang Foxchy sebagai aktivis LSM, sebab di Polda saja sangat segani surat-surat laporan LSM-nya,” imbuhnya.
Saya sangat siap kawal Bang Foxchy selama Pilkada, tambahnya, khusus untuk mengawasi suksesi politik kepemimpinan Luwu periode 2025-2030 ini. “Hal itu, sebagai bentuk komitmen untuk menghindari pesta kemenangan atas terpilihnya Paslon Kepala Daerah yang sifatnya berpotensi bermental korup tersebut,” begitu Opunya Farhan mengakhiri komentarnya dari balik handphonenya. (Redaksi)