Tabloid SAR – Bunda PAUD Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Hj Sufriaty dan juga merupakan Ketua TP-PKK Kabupaten Lutim menjadi nara sumber (Narsum) pada kegiatan Bimbingan Teknik (Bintek) Pengasuhan Stimulasi Penanganan Stunting bagi Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sosialisasi Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, sebagaimana yang digelar di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lutim, Jum’at (23/06/2023) tersebut.
Hj Sufriaty menyampaikan, bahwa pentingnya mensosialisikan gerakan transisi dari PAUD ke SD tersebut. Hal itupun harus dibuat menyenangkan bagi anak-anak PAUD kita. “Hal ini, sehingga kita dijadikan sebagai gerakan bersama, untuk membuat transisi peserta didik PAUD yang sifatnya sangat menyenangkan saat anak-anak didik kita titu memasuki tahun ajaran baru di tingkat SD,” tuturnya.
Didalam memberikan pembelajaran, lanjutnya, maka juga dituntut untuk bagaimana mengajak anak-anak agar mengikuti sistem pembelajaran yang ada disekolah dengan tidak dipenuhi dengan berbagai tekanan. Namun harus diberikankan rasa nyaman, saat anak-anak didik bisa mengadaptasi masa transisi dari PAUD ke SD yang sifatnya menyenangkan bagi mereka.
“Anak usia dini itukan adalah masa usia emas, jadi mereka bukan hanya dituntut untuk bisa. Akan tetapi kita sebagai orang tua, tenaga pendidik, pemerintah harus pula berkewajiban untuk membekali anak-anak yang masih tergolong anak usia dini dengan rasa kepercayaan diri,” kata Sufriaty.
Bunda PAUD Kabupaten Lutim tersebut, lalu menjelaskan mengenai tiga faktor dalam upanya mendorong perubahan paradigma umum tentang pendidikan anak usia dini, yakni :
- Perlunya kesadaran seluruh pihak, bahwa periode usia dini tidak harus berhenti sampai PAUD, sebab peserta didik SD pada kelas awal adalah juga masih masuk dalam kategori usia dini.
- Perlunya mendorong satuan pendidikan agar menerapkan pembelajaran yang membangun kemampuan pondasi peserta didik secara holistik, dengan tidak hanya berfokos pada kegiatan calistung saja. Namun juga harus mempersiakan kematangan emosional, kemampuan berkomunikasi, budi pekerti yang merupakan bagian dari kemampuan dalam menanamkan pondasi mental anak.
- Perlunya meluruskan miskonsepsi, bahwa keterampilan terhadap calistung tidak boleh hanya dibangun di PAUD, tanpa dibekali dengan kemampuan litrasi dan numerasi sesuai dengan tingkat daya serap pengetahuan pada setiap peserta didik.
Lebih lanjut Sufriaty menjelaskan, jadi mengenai paradigma terhadap miskonsepsi itu harus diubah. “Seperti apa berbuat dalam memahami psikologi anak agar para peserta didik tidak hanya menghafal huruf dan angka saja, tetapi juga mampu memahami dan mengelolah informasi secara kritis,” ucapnya.
Oleh karena itu, kata dia lagi, jadi program transisi PAUD ke SD ini sangat penting disosialisasikan, untuk membekali banyak hal yang harus diperhatikan dalam mendidik anak-anak. “Namun terpenting lagi disini, sejauhmana memunculkan rasa kepercayaan diri pada anak-anak peserta didik, khususnya dalam memperkenalkan benda-benda, kata dan maupun objek.
Jadi hal ini, tambahnya, sehingga tenaga pendidik harus pula mampu menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Sebab yang diajar itu adalah anak-anak kita yang baru mulai dari nol. “Jadi besar harapan saya sebagai Bunda PAUD dan juga sebagai Wakil Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting untuk bersama-sama terus melanjutkan transisi PAUD ini minimal sampai pada kelas 2 SD,” pungkas Sufriaty.
Turut hadir dalam kegiatan Bintek ini, yakni Pelaksana Tugas (Plt) Kadisdikbud Lutim, Basruddin, Perwakilan OPD, Kepala Bidang Paud sekaligus Ketua Pokja Bunda Paud bersama jajaran, Kepala Sekolah, Koordinator Pengawas, Ketua Forum Transisi PAUD-SD Lutim dan Guru TK-SD se-Lutim. (dew/ikp-humas/kominfo-sp)