Poliklinik Saraf/Neurologi RSUD I Lagaligo di Lutim Dilayani Dua Dokter Spesialis Saraf

News574 views

Tabloid SAR –  Kabar gembira bagi masyarakat Luwu Timur (Lutim) yang mengalami gangguan atau kelainan pada sistem saraf, baik pada sistem saraf otak dan sistem saraf tepi maupun  terkait dengan sistem saraf pada tulang belakang dan sistem saraf pada otot, maka sudah dapat dirawat di RSUD I Lagaligo, Wotu, Kabupaten Luwu Timur.

Hal tersebut, sebab RSUD I Lagaligo di Wotu tersebut, sudah menyiapkan fasilitas Poliklinik Saraf/Neurologi. Dengan sudah siap pula melayani pasien pada setiap hari kerja Senin-Sabtu mulai pukul 07.30 sampai 13.30 Wita.

Karena saat ini, Poliklinik Saraf RSUD I Lagaligo dilayani oleh dua orang dokter spesialis saraf, yakni dr Asmawati Nurdin Sp.S dan dr Sri Lestrai Thamrin SpN, serta dibantu 2 orang perawat yang berkompoten plus 1 orang admin.

Dari data yang ada, bahwa rata-rata kunjungan pasien saraf ke RSUD I Lagaligo sebanyak 35-45 orang per hari. Jadi sejumlah penyakit akibat gangguan saraf sudah dapat ditangani oleh dokter spesialis saraf di RSUD I Lagaligo tersebut.

Adapun sejumlah penyakit akibat gangguan saraf sudah dapat ditangani tersebut, seperti Parkinson, Alzheimer, kejang, demensia, cedera otak dan infeksi otak (meningitis, ensefalitis dan abses otak).

Termasuk nyeri kepala baik yang primer maupun sekunder, stroke, epilepsi, gangguan autoimun yang menyerang saraf seperti Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), tumor pada susunan saraf pusat dan sususan saraf tulang belakang.

Selain itu, maka dapat pula menangani penyakit saraf jenis kelainan gangguan gerak, penjepitan saraf, dan gangguan neuromuskular, seperti miastenia gravis, Tremor (dystonia), dapat ditangani oleh dokter spesialis saraf di RSUD I Lagaligo.

Hal tersebut dikemukakan oleh Direktur RSUD I Lagaligo dr Benny MKes pada hari ini, Selasa (27/06/2023) tersebut.

Menurutnya, ada beberapa tindakan medis yang umum dilakukan oleh dokter spesialis saraf atau neurologi di RSUD I Lagaligo di antaranya adalah : Angiografi, yaitu prosedur pemeriksaan dengan bantuan foto rontgen untuk mendeteksi penyumbatan pada pembuluh darah arteri dan vena pada otak, kepala, atau leher.

Selain itu, lanjutnya, maka juga dilakukan tindakan biopsi, yaitu prosedur pengambilan sampel jaringan otot, otak, dan saraf untuk mendeteksi sel abnormal, seperti tumor, kanker, atau infeksi.

“Kemudian CT Scan, yaitu tindakan medis yang menggunakan teknologi komputer dan sinar-X untuk memperoleh gambaran kondisi jaringan dan struktur di dalam kepala,” tutur dr Benny.

Lanjut ia mnjelaskan, lalu ada Electroencephalogram (EEG), yaitu prosedur medis untuk memeriksa aktivitas listrik di dalam otak. Mielografi, yaitu prosedur medis yang dilakukan untuk membantu melihat apakah terdapat gangguan muskuloskeletal tertentu atau kondisi lain yang menekan sumsum tulang belakang, saraf, atau jaringan lainnya.

“Terakhir, adalah mengambil tindakan fungsi lumbal, berupa prosedur medis untuk mengambil cairan serebrospinal dari tulang belakang untuk memeriksa infeksi, peradangan, atau penyakit lainnya,” papar dr Benny tersebut.

dr Asmawati Nurdin menambahkan,  bahwa keluhan pasien terbanyak yang datang berobat ke poliklinik saraf, yaitu pasien dengan keluhan nyeri kepala baik nyeri kepala primer maupun sekunder, nyeri punggung, saraf terjepit, stroke, epilepsi/penyakit ayam, dan penyakit saraf tepi yang lain misalnya neuropatik dan musculoskeletal.

“Beberapa keluhan pasien ini dapat kami tangani karena fasilitas kesehatan yang ada di poliklinik saraf sudah sangat memadai untuk kami dapat memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,” terangnya.

Lebih lanjut dr Asmawati menjlaskan, namun untuk pengembangan layanan poliklinik kedepannya yaitu layanan neuro restorasi yang berkaitan dengan sistem rehabilitasi atau pemulihan pasien-pasien stroke atau pasien-pasien dengan gangguan sistem saraf tepi dapat juga dilakukan.

“Termasuk terhadap pelayanan tata laksana nyeri pada musculoskeletal melalui pemberian injeksi dengan guiding USG sehingga tingkat ketepatan penyuntikan lebih tinggi dan efek samping penyuntikan bisa diminimalkan,” tuturnya mengakhiri komentarnya. (ikp-humas/kominfo-sp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *