Pelantikan Paribek Jadi Parengnge Ojo Tidak Sah, Juru Bicara Rumpun Pocci Surati Datu Luwu

LUWU, Tabloid SAR – Sejumlah Pemangku Adat Basse Sangtempe, khususnya para To Parengge di lingkup Wilayah Adat Sembang Kada Kanna tidak menghadiri pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo yang dilangsungkan pada hari ini, Selasa (23/11/2021) di Lengke Patak, Desa Lange, Kecamatan Bastem, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Hal inilah, sehingga pelantikan Paribek menjadi Parengnge Ojo dinyatakan tidak sah. Apalagi pelaksanaan pelantikan tersebut tidak memenuhi standar ketentuan adat yang sudah menjadi tradisi secara turun-temurun. Terlebih lagi dilantik oleh pihak yang sangat tidak berkompeten menurut krateria adat yang berlaku.

Menyikapi hal ini, maka membuat Juru Bicara Rumpun Pocci (Foxchy -red), Rahmat K Foxchy menyurati Datu Luwu dan Ma’dika Bua beserta Ma’dika Ponrang. Rahmat K Foxchy dan juga selaku Direktur Eksekutif Aktivis Pembela Arus Bawah tersebut, melalui suratnya nomor 001/DE/NGO-Adat/2021 tanggal 23 November 2021 tersebut, sangat mengharapkan kepada Datu Luwu supaya tidak mengakui/mensahkan pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo.

Adapun alasan aktivis yang akrab disapa Bang Ories tersebut, sebab menurut tradisi adat secara turun-temurun bahwa pelantikan seorang Parengnge baru hanya dilakukan setelah Pemangku Parengnge telah mangkat dan itupun dilakukan saat Pemangku Parengnge yang telah mangkat akan segera dikebumikan. “Padahal Parengnge Ojo, Puang Turiang Katti masih hidup dan masih sehat sampai sekarang,” kata Bang Ories.

Selain itu, sambungnya, bahwa pergantian Parengnge bisa juga dilakukan apabila membuat kesalahan yang sangat fatal yang sudah tidak dapat lagi ditolerir menurut ketentuan hukum adat. “Tapikan selama ini Puang Turiang Katti, sejak dilantik sebagai Parengnge Ojo tidak pernah membuat masalah dalam bentuk kasus apapun. Jadi boleh jadi ada tendensi tertentu atas pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo,” ujar Bang Ories penuh tanya.

Lanjut ia menyampaikan, ketika Puang Turiang Katti dilantik menjadi Parengnge Ojo untuk menggantikan mendiang Ibundanya pada saat acara pemakamannya dulu, tidak ada satupun dari rumpun keluarga yang mengajukan keberatannya sampai sekarang.

“Jadi pelantikan Paribek menjadi Parengnge Ojo sangat bertentangan dengan norma-norma adat dan juga sangat mencederai nilai-nilai luhur dan marwah tatanan adat yang sudah berlaku secara turun-temurun,” tandasnya.

Lanjut Bang Ories, jadi sangat bersifat kontroversial pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo tersebut. Bahkan justru semakin memperlebar keretakan hubungan keluarga yang memang selama ini sudah kurang harmonis akibat kasus gugat-menggugat lokasi Banua Sura Langi di Lengke Patak tersebut.

Padahal semestinya, kata Bang Ories lagi, bahwa Parengnge harusnya menjadi simbol pemersatu masyarakat adat, sekaligus menjadi cerminan ketouladanan yang sifatnya berkearifan lokal, tapi justru bukan menjadi sumber sengketa dalam sebuah rumpun masyarakat adat itu sendiri.

“Jadi dengan dasar pemikiran inilah, sehingga kita telah melayangkan surat kepada Datu Luwu, Ma’dika Bua dan Ma’dika Ponrang beserta para Pemangku Adat Basse Sangtempe, demi menjaga nilai-nilai luhur atas marwah tatanan adat, khususnya di Basse Sangtempe tersebut.

Lanjut ia mengemukakan, bahwa untuk menjadi seorang Pemangku Parengnge harusnya pula memenuhi sejumlah krateria, terutama krateria darah silsilah keturunannya yang sifatnya pewaris secara tegak lurus. “Maka dari semua krateria tersebut, umumnya ada pada Puang Turiang Katti, sehingga diaulat oleh rumpun untuk menjadi Parengnge Ojo yang sah hingga berakhir ketika nantinya Beliau sudah mangkat,” terang Bang Ories.

Dia pun menambahkan, kita tidak permasalahkan atas pelantikan Paribek sebagai Parengnge Ojo, sepanjang itu memenuhi syarat dan krateria serta memang sudah menjadi kesepakatan rumpun masyarakat adat dan itupun setelah Puang Turiang Katti telah mangkat.

“Saya pikir Paribek itu bisa menjadi kandidat Parengnge Ojo, sebab memang bagian dari rumpun, tapi hormati pulalah norma-norma adat yang sudah menjadi tradisi secara turun temurun,” pungkas Bang Ories. (Redaksi)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *