Tabloid SAR – Sejumlah Perwakilan Rumpun Pawele menggelar rapat bersama secara on air (melalui udara –red) via Video Call (VC) Group WA Puang To Tumbang Ri Pawele pada hari Jum’at ini (25/07-2025), tepatnya pada pukul 17.12 Wita.
Rapat bersama via VC Group WA ini, diikuti oleh tiga orang perwakilan dari rumpun keluarga dari garis keturunan Puang So’ Lotong dan dua orang rumpun keluarga dari garis keturunan Puang To Tumbang Ri Pawele XI, Puang Lai’ Tikuallo alias Puang Sae Kurin.
Sebelumnya rapat bersama perwakilan Rumpun Pawele tersebut, sedianya telah dijadwalkan akan digelar secara face to face (tatap muka –red). Akan tetapi pertimbangan kesibukan Ibu Tetin, sapaan akrab Ibu Apriana Christine Tangyong.
Karena Ibu Tetin harus mendampingi suaminya tercinta Irjen Pol (Purn) Drs Frederik Kalalembang atau JFK dalam mengemban tugas-tugas legislatif, sebagai Anggota DPR-RI.
Sehingga di tengah kesibukannya tersebut, maka menjelang keberangkatan Beliau ke Australia. Saat Beliau sudah akan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta. Namun Beliau pun menyempatkan waktu untuk bergabung dalam rapat bersama Rumpun Pawele yang digelar secara on air via VC Group WA tersebut.
Kendati rapat ini terbilang sangat singkat, akan tetapi sejumlah agenda telah disepakati untuk merestorasi tatanan nilai-nilai kearifan lokal warisan adat leluhurnya di Pawele, melalui rapat bersama perwakilan Rumpun Pawele ini.
Dalam rapat tersebut, JFK pun sembari tertawa, mengusulkan bagaimana kalau Ibu Rina saja yang disepakati sebagai Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele.
Akan tetapi langsung ditimpali oleh Ibu Rina, ujarnya, suami saya itukan Pendeta Pak Jenderal, apalagi orang Ambon juga. Sangat tidak cocok istri pendeta menjadi Pemangku Adat.
Lanjut Ibu Rina menyampaikan, Ibu Tetin itu sudah sangat tepat kita sepakati bersama sebagai Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele. Apalagi Ibu Tetin itu adalah istri Jenderal, seraya dirinya pun juga tertawa.
Hal tersebut, sehingga Opa Puang Menanan Tanyong bersama dengan perwakilan rumpun Pawele lainnya, melalui rapat ini langsung pula menyepakati, untuk menunjuk Ibu Tetin sebagai Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele.
Bahwa terdapat tiga point agenda keputusan yang dihasilkan melalui rapat ini, sebagai berikut, Point pertama : Menyetujui untuk melanjutkan pendirian kembali Rumah Adat/Tongkonan Puang To Tumbang Ri Pawele.
Point kedua : Menyepakati untuk menunjuk Ibu Tetin sebagai Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele. Dan Point ketiga : disepakati untuk me-recovery (memulihkan –red) aset-aset kepemilikan tanah adat warisan bersama Tongkonan Puang To Tumbang Ri Pawele-Tongkonan Banua Sura’ Langi’ Ri Ojo.
Pada rapat ini, termasuk juga membahas kasus sengketa tanah untuk lokasi Proyek PLTMH, akibat pihak PT Tiara Tirta Energi (PT TTE) pada saat melakukan kegiatan pembebasan lahan diduga kuat salah bayar tersebut.
Hal tersebut, maka disepakati pula melalui rapat ini, bahwa kasus dugaan salah bayar kompensasi lahan tersebut, akan dipidanakan. Apabila pihak-pihak yang telah menerima salah bayar kompensasi lahan, tidak segera mengembalikan harga tanah senilai dana yang ditransfer oleh pihak perusahaan.
Selepas JFK off dari rapat bersama via VC tersebut, karena sudah akan ceck in untuk terbang bersama sang istri tercinta ke Australia. Namun rapat secara on air bersama dengan perwakilan Rumpun Pawele lainnya tersebut masih terus dilanjutkan.
Pada kesempatan ini pula, Opa Puang Menanan Tangyong mengemukakan, bahwa Ibu Tetin itu sudah menjadi kesepakatan kita dalam rapat perwakilan rumpun kita ini, untuk ditunjuk menjadi Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele.
“Jadi tinggal dikukuhkan, kalau Tongkonan di Pawele itu sudah rampung dibangun kembali,” ucapnya.
Menurutnya, kalau ada pihak-pihak keluarga Bastem lainnya di luar sana yang sampai mempertanyakan, kenapa ada rumpun keluarga Tangyong yang disepakati menjadi Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele.
Namun mereka itu harus pahami, sambungnya, bahwa keluarga Tangyong yang disepakati ini sangat jelas keturunan Puang dari Pawele.
Kata dia, bahwa Tangyong itu memang dari Toraja, tapi harus dipahami bahwa Tangyong itu memperistrikan Puang Lai’ Batu anak dari Puang Batu yang bapaknya bernama Puang So’ Lotong dari Pawele. Apalagi Puang Batu dan bapaknya itu lahir dan besar di Pawele.
Sedangkan Puang So’ Lotong ini, hanya dua bersaudara dan saudaranya itu adalah perempuan bernama Puang Lai’ Tikuallo yang lebih sering disebut Puang Sae Kurin, selaku Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele XI.
Lanjut ia menjelaskan, seandainya laki-laki yang menjadi Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele pada zamannya. Jadi sudah dapat dipastikan, bahwa Puang So’ Lotong lah yang memangku Puang To Tumbang Ri Pawele.
Karena faktor tradisi hukum adat secara turun-menurun di Pawele itulah, lanjut Opa Puang Menanan mengatakan, bahwa perempuan lah yang harus memangku Puang To Tumbang Ri Pawele. Maka saudara perempuannya itulah yang memangku Puang To Tumbang Ri Pawele.
“Jadi apa yang salah, kalau Ibu Tetin itu yang kami sepakati untuk ditunjuk sebagai Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele,” tandasnya.
Opa Puang Menanan mengaku sangat heran terhadap pihak-pihak keluarga Bastem lainnya di luar sana, sepertinya sangat terkesan melecehkan keturunan Tangyong, untuk menjadi Pemangku Adat Puang To Tumbang Ri Pawele.
“Tapi jelasnya, ita tidak perlu tanggapi nada-nada sumbang di luar sana seperti itu. Boleh jadi mereka itu iri, jika kita ingin merestorasi tatanan adat kita di Pawele. Sehingga kita harus tetap tegak lurus saja dengan hasil kesepakatan rapat kita ini,” tandasnya.
Dirinya, sampai mengemukakan hal seperti itu, karena diberitahukan atas adanya pihak-pihak keluarga Bastem lainnya di luar sana, sepertinya ingin mencegah keluarga Tangyong, supaya tidak menjadi Pemangku Adat Kapuangan di Pawele.
Salah satu Tetua Adat Kapuangan To Tumbang Ri Pawele yang berdomisili di Jakarta ini, meminta agar apa yang telah disarankan oleh Bapaknya Eka, begitu ia menyapa JFK, khususnya soal kasus tanah di pinggir Salu Noling (Bone Kapa’, Bone Sura’ dan Bone Lambe) yang harga pembebasan lahan yang justru diterima oleh pihak lain.
Ia pun menambahkan, apa yang telah menjadi arahan Bapaknya Eka di dalam rapat tadi, mengenai soal harga pembebasan lahan yang telah dibayarkan oleh pihak PLTMH, tapi justru diterima oleh pihak lain.
“Ya, data dan dokumennya beserta riwayat tanahnya itu yang harus segera dipersiapkan Ayahnya Randy karena tinggal di kampung, supaya dapat dijadikan sebagai bahan pengaduan ke pihak kepolisian,” harap Opa Puang Mananan Tangyong mengakhiri komentarnya. (*)