Tabloid SAR – Kendati pelaksanaan pemilihan Calon Legislatif (Caleg) masih dalam agenda tahapan rekapitulasi penghitungan suara pada setiap tingkatan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) sebagaimana yang digelar pada tahun 2019 ini.
Namun sudah dapat diprediksi mengenai nama-nama calon wakil rakyat yang telah memiliki kans untuk menduduki kursi legislatif, baik di tingkat pusat termasuk senator (Dewan Perwakilan Daerah/DPD) maupun di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Namun menariknya, karena Toraja yang meliputi Kabupaten Tana Toraja (Tator) dan Kabupaten Toraja Utara yang hanya memilik jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sekitar 319.514, justru jauh lebih perkasa dalam memenangkan pertarungan politik ketimbang Luwu Raya.
Padahal Luwu Raya yang meliputi Kabupaten Luwu, Kota Palop, Kabupaten Luwu Utara (Lutra) dan Kabupaten Luwu Timur (Lutim) adalah memiliki DPT sejumlah 751.461.
Pasalnya, sebab Toraja lebih mampu meloloskan tiga tokoh politik daerahnya ke Senayan, ketimbang Luwu Raya yang hanya bisa mengirim satu orang tokoh politik daerahnya (Wija to Luwu –red). Walau masih ada lagi satu Caleg dari Golkar yang terpilih dari Luwu Raya, tapi itupun putra asal Sumatera Selatan.
Bukan bermaksud untuk mendekotomi antara Caleg putra daerah asli dengan Caleg putra kelahiran dari daerah lainnya. Akan tetapi, bahwa sepertinya telah terjadi depresiasi (kemerosotan –red) kepercayaan terhadap politisi Wija to Luwu yang bertarung untuk memperebutkan kursi wakil rakyat di Senayan di tengah-tengah komunitasnya sendiri.
Hal tersebut, boleh jadi akibat kurang cerdasnnya masyarakat Luwu Raya dalam mempergunakan hak pilihnya. Atau mungkin karena lebih memandang pesta demokrasi (Pileg –red) itu secara pragmatis.
Padahal Caleg-Caleg Wija to Luwu yang maju bertarung untuk memperebutkan kursi parlemen di Senayan, tidak sedikit pula yang memilik reputasi yang mumpuni. Bahkan Caleg petahana pun dan sudah pula teruji kemampuan dan pengalamannya pada level pepolitikan nasional, justru keok oleh para pendatang baru.
Jika melihat DPT Caleg DPR-RI untuk Dapil III Sulsel, sejumlah 1.662.527. Maka Luwu Raya dengan DPT sebesar 751.461, sudah mestinya dapat meraih empat kursi di parlemen. Paling tidak tetap mempertahan 3 kursi di DPR-RI seperti yang ada sekarang, belum termasuk kursi DPD.
Sementara dua kabupaten di Toraja yang hanya memilik DPT sejumlah 319.514, akan tetapi lebih mempu mengantar tiga putri terbaiknya ke Senayan, baik dalam merebut kursi parlemen maupun dalam merebut kursi senator.
Adapun ke tiga putri Toraja yang sudah dipastikan lolos ke Senayan tersebut, yakni Sarce Bandaso (PDIP) dan saat ini masih anggota DPRD Sulawesi Selatan, Eva Stefany Rataba (NasDem) adalah istri Wakil Bupati Toraja Utara, Petahana Yosia Rinto Kadang. Selain itu, maka Lily Amelia Salurapa juga disebut-sebut berhasil merebut kursi DPD.
Namun ironisnya, Luwu Raya justru hanya mampu mengantar satu orang putra daerahnya (Wija to Luwu –red) melalui Partai Demokrat, yakni Muh Dhevy Bijak adalah putra sulung Wakil Bupati Luwu, Syukur Bijak .
Untung saja Golkar dengan perolehan suara yang sangat signifikan memberikan kontribusi satu kursi buat Luwu Raya, melalui Muh Fauzi yang lebih akrab disapa Abang, tak lain suami Bupati Lutra, Indah Putri Indriani. Walau Caleg Golkar yang satu ini merupakan putra asal Sumatera Selatan.
Jadi tidak dapat dibayangkan, bahwa seperti apa kemajuan pembangunan dalam mendorong kesejahteraan masyarakat di Luwu Raya selama lima tahun ke depan. Soalnya, struktur APBD lebih banyak digodok melalui sistem kebijakan politik anggaran pada tingkat pusat dalam bentuk pembahasan RAPBN.
Jika hanya mengandalkan pendapatan asli daerah (PAD), maka merupakan sebuah kemustahilan untuk dapat menggerakkan roda pemeritahan dan pembangunan di daerah. Karena memang sumber-sumbernya sangat terbatas.
Olehnya itu, sehingga di sinilah letak kurang paham dan cermatnya masyarakat Luwu Raya dalam memilih wakilnya ke Senayan, tanpa pernah melihat kemajuan pembangunan di daerahnya dalam mendorong kesejahteraan hidupnya dan generasinya ke depan.
Terlepas dari pada itu, maka tinggal Dhevy adalah satu-stunya Wija to Luwu yang sudah dapat dipastikan meraih kursi pada tingkat parlemen pusat, bersama dengan Abang selaku Caleg Golkar.
Tentunya pula itu hanya menjadi tumpuan harapan untuk dapat mempengaruhi sistem kebijakan politik anggaran melalui pembahasan RAPBN, di tengah upaya mengakselerasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Luwu Raya ini selama masa periode lima tahun ke depan.
Untuk itu, melalui Pileg 2019 ini sehingga dapat menjadi bahan renungan dan evaluasi diri bagi masyarakat Luwu, supaya lebih cerdas memilih wakilnya di Senayan pada Pemilu lima tahun ke depan. Bagaimana seharusnya berfikir dengan akal sehat, untuk dapat kembali meloloskan perwakilannya yang lebih signifikan ke depan di masa datang.
Demikian ulasan editorial Tabloid SAR kali ini, tak lain untuk saling berbagi informasi, demi saling mencerdaskan wawasan berpikir yang bersifat paradigmatik dan visioner dalam memahami fenomena perpolitikan dalam setiap even pesta demokrasi, supaya tidak terjebak dalam intrik-intrik politik yang bersifat pragmatis. (Redaksi)