Opini Tentang “Teori Konspirasi” Covid-19, Terkait Pengendalian Populasi Dunia Bersifat Ektra Radikal

Berbagai teori konspirasi yang mencuat ke ruang publik di balik munculnya pandemi global yang disebut coronavirus disease atau Covid-19, sebagaimana yang sedang mengancam kelangsungan hidup umat manusia sekarang ini.

 

Oleh : Rahmat K Foxchy

 

 

Adapun berbagai teori konspirasi dimaksud, justru menyebutkan bahwa virus ini bertujuan untuk mengendalikan penduduk dunia yang sudah dianggap mengalami over populasi, dengan hanya tinggal menyisahkan kurang lebih 500 jutaan jiwa saja.

Mendasari data tahun 2020 ini, bahwa penduduk dunia telah mencapai 7.794.798.739 jiwa atau 7,7 miliar lebih. Berarti terdapat 7.294.798.739 jiwa yang mesti dibiarkan mati dengan berbagai cara menurut teori konspirasi global tersebut.

Menurut skenario atas konspirasi tersebut, bahwa pandemi ini tidak hanya menimbulkan kematian melalui sistem penularan dari orang ke orang. Namun juga sangat diupayakan untuk menciptakan bencana kelaparan, hingga memicu terjadinya kerusuhan massal, supaya dapat menimbulkan kematian umat manusia berskala global.

Untuk dapat mewujudkan konspirasi seperti ini, maka digencarkanlah pemberitaan pada media-media mainstream jaringan internasional berbasis kapitalisme dalam mempublikasikan, bahwa betapa berbahanya Covid-19 sebagai virus yang sangat mematikan.

Adapun skenario seperti itu, tampaknya cukup berhasil dalam menggiring opini dalam menciptakan kepanikan global, semenjak virus ini mewabah di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, China.

Akibatnya mampu memicu tingginya angka kematian manusia di seluruh dunia, hanya dalam kurun waktu kurang lebih lima bulan.

Pasalnya, bahwa menurut skenario teori konspirasi tersebut, bahwa hanya tinggal negara-negara kapitalisme kelas dunia lah, khususnya bagi warganya yang berskala kekuatan ekonomi kapitalisme global itu pulalah yang tersisa, untuk dapat meneruskan sejarah peradaban umat manusia di Planet Bumi ini kelak.

Olehnya itu, jika benar teori konspirasi seperti yang dipublikasikan melalui penayangan youtube tersebut. Maka sungguh merupakan sebuah bentuk kejahatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang sangat bersifat masif dan sistematis.

Akan tetapi itulah watak kapitalisme global, justru lebih mengedepankan kepentingan ekonomi ketimbang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Lantaran alasan over populasi dunia yang dijadikan sebagai dalih pembenaran, untuk menekan penduduk dunia secara ekstra radikal, dengan hanya menyisahkan penduduk sejumlah 500 jutaan jiwa saja yang berhak hidup.

Karena tanpa pengendalian penduduk dunia yang bersifat ekstra radikal, maka planet bumi ini justru akan semakin dihuni oleh mayoritas penduduk miskin. Tentunya pula akan semakin memperburuk kondisi lingkungan di Planet Bumi ini yang sangat tidak sehat bagi kehidupan umat manusia ke depan.

Hal inilah, sehingga menjadi agenda media-media mainstream jaringan internasional tersebut, untuk lebih menyajikan pemberitaan yang dapat memancing terjadinya kepanikan global, bahwa betapa berbahayanya Covid-19 sebagai mesin pembunuh umat manusia secara massal.

Tentu tujuannya, untuk memaksa pemerintahan di berbagai negara agar melakukan kebijakan lock down. Maksudnya, supaya terjadi pembatasan ruang gerak bagi manusia, agar tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, sebab selalu dituntut untuk #tinggaldirumahaja!!!

Karena tanpa penggiringan opini secara masif dan tersistematis melalui media-media mainstream tersebut, maka upaya untuk mengendalikan pendududuk dunia secara ekstra radikal, dengan hanya mengandalkan penularan Covid-19 dari orang ke orang, dipastikan tidak akan berhasil.

Jadi dengan terjadinya kebijakan lock down pada setiap negara, tak lain untuk mengisolasi ruang gerak manusia untuk tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif.

Pada gilirannya sehingga dapat memicu terjadinya kelaparan global, sekaligus memicu terjadinya kerusuhan massal di pelbagai penjuru dunia, supaya terjadi percepatan kematian umat manusia secara massal, sesuai harapan busuk kepentingan kapitalisme global tersebut.

Adapun potensi-potensi atas sumber kematian umat manusia itu sendiri, selain penyebaran pandemi Covid-19 itu sendiri. Tentuny pula  faktor kemiskinan dan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan sangat rawan menimbulkan konflik horizontal, untuk lebih mempercepat terjadinya kematian umat manusia secara massal tersebut.

Sedangkan perang nuklir, sangat tidak diinginkan oleh mereka sebagai pelaku kapitalisme global. Alasannya, sebab tidak hanya menimbulkan kerusakan yang sangat fatal di muka bumi ini, akan tetapi mereka juga tidak ingin mati untuk mengakhiri keangkuhan kehidupan gaya hedonnya.

Tentunnya skenario tersebut, tak lain untuk mencapai sebuah tujuan dalam mempercepat terjadinya proses kematian secara massal di berbagai negara, tanpa harus merusak aset-aset resources (sumber daya) mereka yang bernilai ekonomis dan sangat bersifat strategis.

Akhirnya populasi dunia dapat dikondisikan hingga pada angka 500 jutaan jiwa saja yang hidup, sehingga terwujudlah sebuah kemakmuran umat manusia di bawah kendali kekuasaan sistem politik (pemerintahan) kapitalisme global tersebut.

Soalnya, bahwa tanpa pengendalian yang bersifat ekstra radikal terhadap ledakan populasi umat manusia di muka bumi ini. Maka dianggap hanya menjadi beban bagi negara-negara yang menganut sistem ekonomi kapitalisme global, sebab harus pula dituntut dalam berkontribusi untuk ikut mendorong kesejahteraan masyarakat di negara-negara miskin.

Selain juga dituntut untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup di muka Planet Bumi ini, supaya dapat kembali menjadi tempat kehidupan yang sehat bagi umat manusia nantinya.

Sebab dengan jumlah penduduk dunia nantinya yang diharapkan hidup hanya tinggal 500 jutaan jiwa itu. Tentunya pula pengeksploitasian terhadap natural resources (sumber daya alam) tanpa batas sudah dapat dikendalikan, hingga pada titik yang mampu menormalisasi untuk merefresh (menyegarkan) kembali kondisi lingkungan di Planet Bumi ini.

Alasannya, karena tidak perlu lagi menggenjot pertumbuhan produksi dengan cara mengeploitasi mesin-mesin industri dalam membangun kekuatan ekonomi global, yang sifatnya berdampak krusial terhadap lingkungan. Karena hanya tinggal 500 jutaan jiwa saja penduduk dunia yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya dan gaya hidupnya.

Sementara itu, bahwa menurut penelitian ilmuwan National Aeronautics and Space Administration (NASA), selama pendemi Covid-19 ini. Rupanya memang sangat memberikan dampak positif pada planet bumi yang kian menunjukkan tanda-tanda membaik. Lantaran membaiknya lapisan ozon di atmosfir, untuk menciptakan kualitas udara yang sehat.

Jadi akibat faktor berkurangnya aktifitas mesin-mesin industri dan kendaraan bermotor. Selama ini menjadi penyumbang terbesar dalam mengakumulasi terjadinya emisi gas buang, salah satunya dalam bentuk zat karbon dioksida.

Hal tersebut, sehingga sangat berdampak buruk untuk menimbulkan pencemaran udara. Sekaligus mengakibatkan terjadinya penipisan lapisan ozon di atmosfir, atau disebut dengan istilah fenomena efek rumah kaca.

Selain itu, pun juga terjadi penurunan bersifat signifikan terhadap pencemaran air yang semakin berkualitas, sebab berkurangnya pembuangan limbah dari akibat tidak optimalnya aktifitas industri, selama berlangsungnya pademi Covid-19 ini.

Olehnya itu, maka patut dikatakan bahwa pandemi virus global ini telah membuat Planet Bumi mengalami refreshing atau kondisi penyegaran kembali yang cukup signifikan dari akibat dampak menurunnya aktivitas kehidupan umat manusia sejumlah 7.7  jiwa lebih, di bawah kendali kekuatan ekonomi kapitalisme global yang hanya sebesar kurang lebih 1% tersebut.

Lalu bagaimana kira-kira kondisi Planet Bumi, jika populasinya hanya dihuni sejumlah 500 jutaan jiwa nantinya. Apabila teori konspirasi seperti ini benar-benar terjadi, sebagaimana skenario kekuasaan kapitalisme global.

Pertanyaannya, bahwa kelompok kapitalisme global yang manakah kelak yang akan merajai Planet Bumi ini. Soalnya ada dua kutub kelompok kekuatan kapitalisme global yang sedang bersaing ketat untuk berupaya menguasai jagat raya ini, yakni kapitalisme liberal yang dimotori oleh Amerika Serikat dan kapitalisme komunis yang dimotori Tiongkok.

Terlebih lagi fenomena pandemi Covid-19 yang sedang melanda umat manusia sekarang ini, masih menjadi kontroversi mengenai asal-usulnya. Semoga saja teori konspirasi seperti ini hanyalah sebuah opini belaka, dengan harapan virus pembawa krisis kemanusiaan tersebut segera berlalu.

 

*****) Penulis : Direktur Eksekutif Aktvis Pembela Arus Bawah

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *