Zona Hijau Tidak Menjamin Akan Selalu Aman dari Kembalinya Penularan Covid-19
LUWU, Tabloid SAR – Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa Coronavirus disease 2019 (COVID-19) tidak dapat memprediksi sampai kapan akan berakhir. Bahkan lembaga kesehatan yang dinaungi PBB itu, justru menyebut jika pandemi ini akan terus memfenomenal untuk melanda kehidupan peradaban umat manusia sangat mungkin hingga pada akhir zaman.
Terlebih lagi virus ini justru mengalami mutasi yang kian membawa dampak buruk terhadap kesehatan pada berbagai negara. Jadi hanya teknologi kesehatan dan pola hidup barulah yang mampu menyiasati untuk dapat meminimilisasi kasus-kasus kematian yang bersifat masif yang ditimbulkan oleh Covid-19 tersebut.
Telah diketahui, bahwa sudah berbagai produk teknologi kesehatan, salah satunya dalam bentuk vaksin telah digunakan untuk mencegah terjadinya penularan pandemi yang sangat mematikan ini.
Akan tetapi pandemi ini tetap saja menimbulkan bencana terhadap kesehatan. Akibatnya sejumlah negara kembali melakukan lock down, seperti Singapura, Malaysia dan India yang saat ini telah menjadi pusat spektrum penyebaran Covid jilid dua yang sifatnya berskala global.
Khususnya Singapura yang sangat ketat menerapkan protokol kesehatan dan memvaksinasi warganya secara paripurna untuk memasuki zona hijau. Hal itu, rupanya masih sangat tidak menjamin, menyebabkan negara ini kembali melakukan lock down.
Halnya di Indonesia ini, maka Covid-19 kembali mengganas di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Padahal pemerintah telah melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap pandemi tersebut, baik dengan cara menerapkan protokol kesehatan maupun dengan cara melakukan program vaksinasi yang juga bersifat masif.
Tentunya akibat dampak buruk yang ditimbulkan oleh pendemi ini, maka mendorong para ahli untuk melakukan penelitian. Maksudnya guna berupaya untuk menciptakan berbagai teknologi anti Covid-19, baik dalam bentuk jenis vaksin maupun dalam bentuk teknologi anti Covid-19 lainnya.
Begitupun halnya para ahli dari kalangan akademisi di Indonesia, salah satunya Universitas Gajah Mada yang juga telah berhasil menciptakan teknologi anti Covid-19, yang disebut Eucalyptus Machine Air atau disingkat EMA ini.
Adapun produk anti Covid-19 yang disebut EMA ini, telah mendapat rekomendasi uji klinis dari pihak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Indonesia (PP-IDI). Alat ini untuk digunakan sebagai alat pembunuh Covid dalam ruangan, seperti pada ruang kerja, ruang tamu, ruang tidur yang sifatnya ruangan tertutup. Begitupun halnya pada tempat aktivitas publik pada umumnya, seperti sekolah dan kantor-kantor pemerintah serta swata. Termasuk kamar-kamar hotel dan dan juga dapat digunakan di dalam kabin mobil.
Melalui ekspose produk EMA Anti Covid-19 yang diselenggarakan oleh pihak Aktivis Pembela Arus Bawah bekerjasama dengan Dinas Kominfo Kabupaten Luwu, pada Kamis (3/6/2021) lalu di Aula Bappeda Kabupaten Luwu. Kegiatan ekspose ini, menghadirkan CV Cipta Pratama Palangka Raya (CPP) selaku pihak distributor.
Direktur Eksekutif Aktivis Pembela Arus Bawah, Rahmat K Foxchy melalui persentasinya bahwa meskipun telah dilakukan program vaksinasi Covid-19. Namun fakta, ucapnya lebih lanjut, pada berbagai negara justru pandemi ini mengganas pada sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia dan India yang kembali melakukan lock down.
Tuturnya lebih lanjut, jadi adanya kegiatan ekspose produk EMA Anti Covid-19 ini, sehingga diharapkan dapat meminimilisasi terjadinya penyebaran Covid-19 di Kabupaten Luwu ini. “Produk teknologi kesehatan ini, merupakan hasil temuan Universitas Gajah Mada yang sudah mendapatkan uji klinis dari PP-IDI,” terang aktivis yang akrab disapa Bang Ories tersebut.
Pada kesempatan itu, Bang Ories pun lalu menyampaikan rasa terima kasihnya pada Bupati Luwu, sebab atas bantuannya sehingga Dinas Kominfo Kabupaten Luwu, memfasilitasi kegiatan ekspose produk EMA Anti Covid-19 ini di hadapan para pejabat OPD di lingkup Kabupaten Luwu.
Bang Ories pun sangat berharap agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu dapat pula memanfaatkan produk EMA Anti Covid-19 ini, guna menghindari penyebaran pandemi tersebut pada kantor-kantor OPD, Camat, Lurah, sekolah dan kantor desa.
Sedangkan Direktur CV CPP, Bram Sarwuna selaku agent tunggal pemasaran produk EMA Anti Covid-19 untuk wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur tersebut. Sebelum mendemonstrasikan cara penggunaan alat ini, menyampaikan bahwa kita mesti bangga dengan ahli-ahli bangsa kita sendiri dari Universitas Gajah Mada, karena mampu menciptakan sebuah teknologi kesehatan anti Covid-19 dalam bentuk produk EMA ini.
Menurutnya, adapun alat ini memiliki manfaat dengan kemampunan untuk membunuh Covid-19. Hal itu sudah diuji klinis oleh pihak DPP-IDI, termasuk telah diuji melalui laboratorium penelitian Kementerian Pertanian dan sedang diusulkan untuk mendapat sertifikasi hak cipta intelektual pada Menkumham dan BPOM.
“Alatnya dicolok pada lubang stop kontak listrik dan dimaksukkan cairannya agar menimbulkan pengasapan dalam ruangan. Ciarannya itu berbahan dasar minyak kayu putih yang diramu oleh zat anti bakteri,” ucap Barm.
Cara penggunaannya, lanjut Bram menyampaikan, bisa dinyalakan sampai 8 jam kerja kantor. Jika di rumah maka dapat digunakan menurut kehadiran tamu. “Apabila cairannya habis, perusahaan kami juga menyiapkan dan ini juga bisa menjadi komuditas dagang pada toko-toko terdekat nantinya,” bebernya.
Dimana kegiatan ekspose produk anti Covid-19 berbasis eucalyptus ini, nampaknya sangat mendapat respons positif dari para pejabat OPD di lingkup Pemkab Luwu. Mereka pun sangat mengharapkan agar produk ini bisa menjadi standar terhadap upaya pencegahan terhadap penularan Covid-19 di daerah ini.
Untuk diketahui, bahwa produk anti Covid-19 berbasis eucalyptus ini, sebelummya telah pula diluncurkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, pada tahun lalu tepatnya tanggal (8/5/2020). (Promo EMA Anti Covid-19)